“Mas ikut audax yuk kapan-kapan” kata temen baru saya. Dosen di univ Alma Ata. Menarik juga. “Berapa kilo mas?” “yang 200km ajah” . Namun waktu itu belum pas waktunya.
28 Februari lalu, justru temen baru saya ini yang tidak bisa ikutan. Mengejar akreditas katanya. Oya, namanya Ridho. Pendaftaran Audax sudah buka sebulan sebelumnya. Tanpa ada informasi jalur atau map yang akan dilalui. Pokoke wes daftar ae. Tapi sudah pasti masih sekitaran jogja. Karena judulnya YUCC alias Yogyakarta Ultra Cycling Challenge.
Strava : https://www.strava.com/activities/8466184958
Biaya registrasi yang 200km sekitar 450rb. Sudah mbayar cukup tinggi, disuruh gowes pula! Selama masa tunggu sampai hari H itu, wajib persiapan fisik. Oya, pastikan juga sudah SNI dan ISO ya. Karena ada di list strava saya yang puter balik dengan alasan takut disuruh tidur di luar wkwkw.
Mulailah latihan harian. Namanya orang kantoran ya, jadi paling 10-20km saja latihan. Selang sehari Lebih kelatihan cadence, atau putaran pedal. Konsisten. Sama tambah porsi joging, 1-2km 😁.
Ada tambahan khusus untuk saya yang saya sendiri pikir ini sangat berguna. Karena ada gerd, jadi lah saya puasa h-2 sebelumnya. Hari kamis. Puasa bikin perut adem, ga naik tuh gerd alias asam lambung. Dan lebih prima rasanya. Hari jumatnya baru deh carbo dan daging loading. Jangan lupa serat 🙂
H-1 pengambilan racepack. di Jogja national museum. Belum pernah kesini, jadi saat masuk wah ternyata keren. Padahal dekat dengan pasar. Didalamnya ada gedung isinya full food court. Disana sudah banyak grup-grup. Ada juga yang sendiri sendiri. Kaya saya ini. 😂
H-1 juga metup sama pak Dondy , CEO biznet gio. Belio emang suka pedaan, nyelem juga. ikut audax juga, yang 75km all terain. Tapi ga finish sayangnya, wheelset belio pecah bos! 🫣
Di museum, Racepack yang didapat itu : reflektor segitiga untuk dibelakang, gel boster, name tag, nomer tag dan kartu cekpoin.
Audax (dari kata Audacious) ini event sepeda jarak jauh tanpa suppor/bantuan dari luar. Tidak boleh. Ya tidak boleh terlalu kelihatan. Aslinya sih memang ga boleh ada bantuan. Bantuan hanya boleh dari sesama peserta. Seperti ban bocor lah, jatoh, dan sebagainya. Maka itu di TOS mereka, masing-masing perlu bawa medical kit sendiri, ban dalem, toolkit dan sebagainya. Mandiri 😳
Malamnya cek lagi perlengkapan. Karena ini pertama kali jarak jauh, saya mau prima. Perlengkapan cukup lengkap. Tas depan atau handlebar bag dari brand lokal (merk yorc) plus sadle bag dari merk Giyo. Tidak pakai bag di dekat paha atau kaki, karena bisa jadi menutupi pergerakan kaki atau bergesek. Ini nih yang kadang suka bikin lecet, atau lambat wkwk 😝
Jadi, item yang saya bawa ini :
- Strive. 4 strive gel (rasa mangga dan nanas), 4 strive bar (rasa nasi uduk dan caramel, ada yg lucu ini dibawah)
- Gopro dan baterai cadangan.
- Garmin. atau cyclocomp lainnya. wajib.
- Jajan pisang dan telor rebus 2 😂
- Salonpas semprot. Ini efeknya cepat, tapi cepat hilang juga. Jadi mending bawa counterpain yang cool.
- Sunblock SPF 50. biar ga keling alias gosong bos wkw. cari yang sp nya tinggi. yang saya bawa merk erha.
- Hand sleeve. sama, biar ga keling alias gosong.
- Kacamata. ya taulah buat apa. salah, buat gaya!
- Toolkit lipat
- Lampu depan dan belakang, wajib ini sih. Depan led 100 lumens putih, belakang merah.
- Kabel cas. usb c dan usb yg biasa. Saya bawa kabel cas RD juga, entah kenapa beberapa miniggu sebelum audax, batre bisa drop. Jadilah dibawa.
- Ban cadangan. Pastikan ukurannya sesuai.
- Sarung tangan. ditutamakan pakai.
- Pompa sepeda mini. bisa 100psi
- Duit. Perlu buat cash kalo ga ada yg bisa digesek/inet 😝
- Vest. Merk van rysel. Enak nyaman, bisa dilipet. Hanya saja terpakai sebentar. Lupa pakai malah pas mulai hujan.
- Jas hujan sekali pakai yg plastikan aja. Di indomaret, cuma 9rb. tapi panas wkw. ga ada sirkulasi udara.
- 2 Bidon (botol sepeda). satu saya isi full pocari. satu isinya pisang 2 biji wkw.
- Obat obatan. Ini nyesuain penyakit kambuhan ente ya. Saya bawa antangin dan lansoprazole 😁
Sepeda jadi cukup berat. Wes gas lah. Bismillah. Tidur gasik. Jam 5 bada subuhan langsung gas ke tikum di jogja nasional museum.
Bangun, sholat subuh di mesjid, isi “pondasi” dulu. Telor goreng tanpa minyak 3 biji, tadinya mau pakai nasi, tapi ternyata nasinya habis sisa sedikit ga sampai 1 centong 😳. No problem, sambil nunggu istri masakin, pasang kostum dulu. Pakai vest biar ga masuk angin keren.
Kelar langsung gas ke tikum, dijalan menuju sana, sudah cukup banyak yang berseliweran lawan arah. Sepertinya mereka yang 600km. Karena beda arah, mereka ke arah timur, clayton aka Klaten.
Sampai sana pak Dondy ternyata sudah gasik duluan. Langsung menuju ke registrasi ulang dan siap berangkat. Eh ternyata ada disuguhi bekal pisang dan arem-arem. Ya udah bawa 2 pisang, jadilah ambil arem-arem.
Lirik lirik cari barengan peleton. Ini perlu, sebelum gowes, cari tau dulu kondisi cuaca. Angin sangat pengaruh. Nah saat audax ini paginya angin cukup kencang, jadi kalo ikut “kereta” peleton akan sangat membantu untuk trabas angin. Ya ngurangin power lebih lah wkw
Ancol Bligo
Menuju arah barat nyerong, barat daya. Kearah bendungan ancol bligo. Mendekati bendungan, menikmati gradien 1-2% terus dan panjang. Peleton nya cukup panjang dan cukup rapih. Jadi bisa cepat sampai disana. Nah uniknya jalur masuk ke bendungan itu melewati plank besi. Jadilah kita semua ngangkat sepeda demi mengikuti rute wkw
Sampai sini vest sudah tidak perlu, karena sudah sumuk bos. Fitur windstoper di vest bener-bener bekerja 😂. Ini sekitar km 20-an kalo tidak salah. Checkpoint 1 ada di KM 53.
Setelah memutari bendungan, naik sedikit dan lanjut ke jalur sungai progo sering dibuat gowes untuk para pegowes dari luar jogja karena viewnya memanjakan. Sering disebut juga jalur luna maya. Aslinya ini sih jalur sungai progo, cuma karena mba luna gowes kesini jadilah jalur luna maya.
Jalur ini cukup jauh, sekitar 20km kurang lebih. Menyusuri kali progo, menikmati suasana desa asri dan gemricik air sungai. Perlu hati-hati karena masih banyak asu! 😂.
Jalur Luna Maya
Garmin terbaca mulai km 53, agak lewat sedikit. Dan sampai di checkpoint pertama, km 55an. Disana sudah cukup ramai peserta lain. Ada sedia mineral water free, kopi es berbayar dsb. Untuk checkpoint ini kita perlu scan QR lalu diarahkan ke google form. isi pilihan nama kita dan submit. Disitu akan tertera jam kita submit. Tiap checkpoint ada batas maksimal checkin nya.
Sampai km 55 ini, kondisi badan masih fit. Hanya sempat backpain. Rehat sebentar, lurusin punggung dan ready togo. Sebenernya saya curiga untuk sadel ini jadi agak turun. Tapi saat itu belum terlalu terasa.
Lanjut menuju, sermo! Waduk Sermo yang masuk daerah Kulon Progo. Kelihatannya sih datar naik naik sedikit, tapi tidak kawan jika dengan gowes wkw. Mulai nanjak, rolling naik turun, 2-10%-an. Disini sudah siang, sekitar jam 10-an. Dari sini sudah mulai banyak yang mencar. Ada yang rehat, ada yg tetep gas. Kita gas alon-alon. Ngebut ya ra kuat wkwk.
Masuk ke daerah waduk sermo, minggir ke warung sebentar untuk refil pocari. Ini pengisian pocari pertama 😂. Disitu ada dua peserta yang lagi menikmati popmi. Kelar refil, langsung gas lagi. Rute memutari sermo. Jalannya ambyar! Alias lebih banyak gravel-an dari pada aspal. Putaran sermo ini memutari waduk, sambil menikmati view waduknya. Ini KM 68-an
Ditutup dengan tanjakan tinggi dan langsung merosot turun. Menuju rute bandara YIA. Saat masih turunan roling, turun gerimis. Dilalah malah banter, hujan. Akhirnya menepi di pos ronda. Pas banget dapet pemandangan bagus. Pos ronda ini ada di tepi tebing sungai. Diapit bukit, otomatis tidak ada sinyal blas.
https://www.instagram.com/reel/Cn-hC2hBQUC/
Asik juga hidup disini. Menikmati suara aliran sungai, hujan. Terlihat rumah samping pos ronda itu ada penghuninya lagi rebahan di sofa teras. Asoyyy. Oh ya, pas hujan ini nih yang bikin lem 3m untuk tempelan gopro lepas. Untung saja ga lepas saat turunan. Jadilah masukin gopro ke tas. Sebenernya bisa saja pasang gopro dibagian depan gantiin lampu.
Neduh, sekalian istirahat sebentar bersama warga ibu dan anak. Menikmati pemandangan. Isi stamina dulu. Hujan deras cukup lama. Niat mau rebahan, eh malah udah gerimis. Pakai jas hujan kresek. Gas lagi. Menuju jalanan bandara YIA!
YIA atau Yogyakarta International Airport, ada dipinggir pantai. Otomatis lawannya angin nih. Jalan datar dan lebar serta cukup terik. Angin was wus nerpa dari segala sisi. Jadi gowes melambat 😝. Rute ini menuju cekpoint kedua di sekitar km 93-an. di warung warga. wkw
Sampai cekpoin kedua. Sudah cukup ramai peserta disana. Dan sudah mau zuhur, sekitar jam 11.30-an. Beli pocari lagi dan tambah sari kacang hijau. Belum makan. Kondisi perut atau lebih tepatnya lambung saat itu cukup begah. Atau mungkin menyempit. Jadi pilihan makan besar diundur dulu.
Lanjut jalan. Sambil cari masjid untuk sholat zuhur. Tidak jauh dari cekpoin kedua, ada masjid di kanan jalan. Oya ini masih termasuk area jalan Daendels. Setelah sholat, ngemil telor rebus dulu wkw. Langsung gas lagi masuk ke kolong underpass YIA
Melewati underpass YIA, ditemukan dengan jalan panjang beton. Kiri kanan sawah dan sering dilewati truk. Jalan ini nanti tembus ke Srandakan. Selanjutnya masuk ke kampung yang disekitarnya pohon kelapa. Menandakan masih dekat pantai. Sampai sini saya clinguk clinguk kebelakang. Kok ya ga ada temen lagi. Apa keduluan? atau kelambatan? wkwk 😂
Arah srandakan ini berarti sudah lewat KM ke 100+. Jujur saja ini kayuhan sudah mulai melambat mengikuti alur degup jantung yang mulai menyesuaikan dengan kondisi badan. Alias wis letih wkwk.
Gas gowes terus, lambung dah mulai butuh asupan. Ini asam lambung yang adem ayem ternyata sudah mulai naik. Sudah sampai jalan Srandakan, rute meminta menuju selatan untuk menuju Parangtritis.
Sambil melambai ke beberapa peserta yang ngaso di warung, dan mencari soto. Iya mesti soto. Tadinya mau olive yg ada ayam, cari protein. Tapi kebayang seretnya dan lama penceranaan. Akhirnya dapet warung soto yang buka, saat itu jam sekitar 2-an siang. Sebelum belok ke selatan arah jalan paris. Keluarkan bekal telor rebus, sisa satu. 🤤
Bagi saya yang punya riwayat GERD. Makan harus pelan dan banyak kunyah. Di event ini agak sulit. Lambung sepertinya sempit, namun butuh masuk cepat itu makanan, keburu waktu 😳. Biar sampainya juga tidak malem banget.
Intinya sih = Know your body!
Selesai makan, gas langsung menuju jalan paris. Lawan utama nya = Angin dan temennya juga = roling. Ini alasan wkw. Kondisi dengkul sudah mulai kembang kempis. Beberapa peserta yang saya lewati sudah melipir lagi ke warung warung. Nah event audax ini sedikit banyak ikut membantu menaikan ekonomi warung warung ini juga.
Sruput dulu gel stamina. Masih ada stok 3 lagi dari strive. Lanjut jalan menuju ujung dari paris. Disambut dengan tanjakan awal Panggang! Di kancah persepedaan gowes di jogja, sejauh yang saya tau, tanjakan panggang ini sering dijadikan ajang KOM QOM alias kejuaraan nanjak.
Tanjakan panggang, kisaran gradien 10-16%. Bukan main main, motor pun ndorong. Dan panjang! Iya panjang. Di Garmin itu terdeteksi merah untuk gratifk gradien sampai hampir 5km.
Disini saya berhitung saja dengan kemampuan kaki yang sudah menurun stamina. Kalau dipaksakan genjot nanjak, sudah barang pasti bakal kram. Akhirnya ya ndorong saja. Ndorong pun berat bos wkwk 😂
KM 140-an.
Setelah tanjakan pertama, lanjut lagi terus tanjakan sampai 5km kemudian roling. Sebelum roling refil lagi pocari di warung 😂. Disini saya ketemu dengan peserta lain. Mas ito dan mas bayu, yang lagi sharing salonpas wkw. Sebelumnya juga ketemu rombongan 3 orang, disini nih saya kram. Untung ada peserta yang mas2 nya rumahnya di demangan (lupa nanya nama 😳) yang membagikan Counterpain Cool.
Lanjut rolling di KM 150-an. Setiap ketemu gradien diatas 5%, langsung nuntun aja dah. KM segini dan waktu segini waktunya kejer balik. Dah mau gelap. Cuaca di selatan ini juga sudah mendung terus. Daerah sini cenderung sepi.
Jam menunjakan jam 4-an, tengok tengok jalan sambil cari masjid ya kok ga dapet, seringnya masuk-masuk lagi ke jalanan desa. Disini seringnya sepi. Sesekali lewat fotografer yang cengengesan ngetawain nuntun 😭. Sekitar jam 4.30-an akhirnya sampai di ujung jalan perpisahan panggang dan imogiri . Di tanjakan ini ada masjid, langsung melipir sholat. Saat sholat selesai, muncul peserta lain yang ikut sholat juga.
Sekali lagi, know your body, know your limit. Jadi saya gas kan duluan, ga nunggu temen peserta lain. Wes gas sendiri. Mereka masih kuat bisa nanjak sambil gowes, saya ndorong wkwkw. Kaki rasanya makin aneh. Dar masjid ini, rute membelok ke arah kiri masuk daerah imogiri.
Cuaca kembali grimis. Dititik ini mungkin titik lelah badan mulai tercapai. Grimis, baju mulai basah, gelap mendung, jauh dari kota wkw. Bawa sepeda. Orang mungkin mbatin, “dih ngapain hujan-hujan malah sepedaan” seperti itu. Sekelebat terpikir bocil dirumah. Lagi apa mereka? Namun mantapkan hati lagi untuk selesaikan.
Saya pikir tadi tanjakan terakhir, oh tidak. Masih bertemu roling-an lagi. Sekitar 4 rolling (naik turun). Jalur sempit. Walau mendung gelap dan gerimis, untungnya masih cukup ramai pengendara lewat. Dan di tanjakan terakhir, iya ini tanjakan terakhir sebelum los dol turun, suasana hening gelap. Marilah setan dan pocong keluar, biar ada teman, tapi mereka juga tidak muncul. 😭
Di puncak tanjakan, rehat dulu. Niatnya makan strive bar, tapi asli deh, strive bar tidak seenak gambarnya. Saya bawa rasa nasi uduk dan yang caramel. Namun rasanya aneh semua. wkw
Kita gas lagi. Turunan terus dan sedikit tanjakan yang tidak perlu ndorong. Sudah bareng temen-temen lainnya. Terussss turun ke arah kopi panggang. Itu loh tempat makan yang ada mobil kebaliknya. Yang masih kepunyaan kupu kupu malem. Jam sudah menunjukan sekitar 5.40 (waktu foto diatas)
Sampai di Kopi Panggang, sudah sepi, otomatis kita pasti telat. Betul saja, di tempelan scan QR Code, terttera waktu terakhir checkpoint pukul 16.40. Telat sejam lebih! wkwkw
Kita ber empat mantepkan dengan “ra urus, gas lagi yang penting finish, yokkkk” 😂
Meluncur lagi, menuju imogiri bawah, iya bawah. Ini descent bahaya. Turunan sekitar -5% , gerimis dan penerangan minim. Wajib nyalakan lampu depan. Untungnya masih ada 1 pemantau rute yang awe-awe untuk hati hati 😀
Saat turunan terlihat pemandangan kota jogja dari kejauhan. Tanpa lihat rute di Garmin, saya pikir ah sebentar lagi selesai, trabas kota dan kelar. Hohoho tentu tidak kawan. Baru saja selesai turunan, jalan berbelok tajam mengarah ke pedesaan daerah imogiri.
Dari belokan situ, KM 167, berarti masih ada 33 KM lagi. Jam sudah sekitar jam 6 lewat. Masuk waktu maghrib. Jika dalam kondisi normal, 30KM bisa saya selesaikan kurang lebih 45 – 60 menit. Sedangkan di Audax ini, COT nya jam 19:30. Apakah bisa finish under COT? Disini sudah mulai kepikiran. Kuat ga? Temen peserta lain sudah ga ambil pusing , yang penting apa? betul, Finish! 😂
Melewat jembatan menyeberangi sungai oyo, disambut azan dan fotografer yang masih menunggu. Ntah kelihatan atau ga. Jalan terus masih menembuh desa. Teman dibelakang, maaf saya gas duluan.
Akhirnya ketemu jalan raya, imogiri. Rute lanjut kearah timur. Sudah mulai mengurucut kearah finish. Jalan raya ini lenggang, kiri kanan sawah. Tetap lawannya angin. KM 170-an. Kondisi badan masih cukup OK, namun kaki sudah senin kamis. Mau istirahat? nanggung. Ga ada tempat nyaman juga. Kiri kanan tutup toko/warung.
Dan akhirnya sampai lampu merah Paris, dan terus tempus ke arah Srandakan lagi! Tapi ga sampai sana rute menuju utara. Ini jalur yang biasa saya gowes kalo ke arah pantai, tapi ini kebalikan dan jam menunjukan jam 19-an. Ini sih alamat over COT ! Jalan sendirian, gelap gulita, teman dibelakang tak nampak. Gas terus bismillah.
Masuk ke daerah Barosan – Puncak bibis. Cenderung gelap. Bahkan beberapa titik gelap banget wkw. Keluarlah kalian makhluk astral. Saat mendekati tanjakan terakhir di daerah Bibis, akhirnya melihat 1 hingga 3 peserta yang kelelahan. Lagi ngemper didepan teras rumah warga. Seketika jadi seger lagi.
Perut kelaparan banget. Melipir ke alfamart, beruntung sudah mulai padat warga namun jam sudah lewat COT. Beli milo kotak, gas lagi. Eh ketemu mas ito dan bayu lagi wkw. Goweser kuat dari Solo. Sedikit lagi, hanya 5 KM saja.
Dann Akhirnya selesai. atau, yang penting finish. 😂😭😭
Alhamdulillah
Masih ga nyangka bisa nekat dan selesai walau over COT
Total KM aslinya memang 199KM, muter Museum sekali biar dapet pas 200KM 😀
Pertama kali ikut event ini. gowes jauh 200km, tanpa adanya support. Tidak ada nya peralatan medis bantuan, makanan atau teknis dari penyelenggara. Semua bawa sendiri, resiko masing masing. Tapi mbayar ikut event ini, nah loh wkw.
So, in number :
7 botol Pocari Sweat
2 botol mineral
6 pisang sun pride
1 lemper
14 jam elapsed time
9 jam ride
Apa kapok? Apa mau ikut Audax lagi. Tegas : IYA 👍🏼
Alhamdulillah
