Sejarah Meletusnya Gunung Krakatau

Gunung Krakatau adalah salah satu gunung berapi paling terkenal di dunia yang terletak di Selat Sunda, antara Pulau Jawa dan Sumatra. Letusan dahsyat gunung krakatau pada tahun 1883 menjadi salah satu bencana alam paling mematikan dalam sejarah modern.

Sejarah Awal Gunung Krakatau

Gunung krakatau sebenarnya sudah aktif sejak zaman dahulu. Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 416 Masehi, gunung ini pernah meletus dengan kekuatan yang luar biasa. Letusan tersebut begitu dahsyat hingga memisahkan Pulau Jawa dan Sumatra yang sebelumnya diduga menyatu.

Sebelum letusan besar 1883, gunung krakatau memiliki tiga kerucut vulkanik utama: Perboewatan, Danan, dan Rakata. Pulau ini memiliki luas sekitar 9 kilometer persegi dan menjadi tempat tinggal bagi beberapa penduduk yang bekerja sebagai nelayan.

Tanda-tanda Sebelum Letusan

Pada Mei 1883, aktivitas vulkanik gunung krakatau mulai meningkat. Penduduk di sekitar Selat Sunda mulai mendengar dentuman keras dan melihat asap tebal keluar dari puncak gunung. Gempa bumi kecil sering terjadi, memberikan peringatan akan bahaya yang akan datang.

Pada 20 Mei 1883, letusan kecil pertama terjadi, mengeluarkan abu vulkanik yang menutupi langit. Aktivitas ini terus berlanjut selama beberapa bulan, dengan intensitas yang semakin meningkat. Namun, pada masa itu, pemahaman tentang gunung berapi masih terbatas, sehingga banyak orang tidak menyadari betapa berbahayanya situasi tersebut.

Kronologi Letusan Dahsyat 1883

Letusan puncak gunung krakatau terjadi pada 26-27 Agustus 1883. Pada tanggal 26 Agustus sore, letusan besar pertama terjadi dengan suara menggelegar yang terdengar hingga ratusan kilometer. Abu vulkanik menyembur tinggi ke atmosfer, menciptakan awan gelap yang menutupi matahari.

Pada pagi 27 Agustus 1883 pukul 05.30, terjadi letusan pertama yang sangat dahsyat. Kemudian pada pukul 06.44, 08.20, dan yang terdahsyat pada pukul 10.02, terjadi empat letusan berturut-turut. Letusan keempat ini begitu kuat sehingga suaranya terdengar hingga Australia, Sri Lanka, bahkan Rodrigues Island di Samudra Hindia yang berjarak 4.653 kilometer.

Energi yang dilepaskan dari letusan gunung krakatau diperkirakan setara dengan 200 megaton TNT, atau sekitar 13.000 kali lebih kuat dari bom atom Hiroshima. Kolom abu mencapai ketinggian 80 kilometer, masuk ke stratosfer dan mempengaruhi iklim global.

Dampak Letusan

Letusan gunung krakatau menimbulkan tsunami raksasa dengan ketinggian mencapai 40 meter yang menerjang pesisir Banten dan Lampung. Tsunami ini menghancurkan 165 desa dan kota pesisir, menewaskan sekitar 36.417 jiwa menurut catatan resmi Belanda, meskipun angka sebenarnya diperkirakan lebih tinggi.

Pulau Krakatau sendiri hancur, dengan dua pertiga bagiannya runtuh ke dalam kaldera yang terbentuk. Hanya sebagian kecil dari Pulau Rakata yang tersisa. Abu vulkanik yang tersebar ke atmosfer menyebabkan penurunan suhu global sekitar 1,2 derajat Celsius selama beberapa tahun.

Efek visual dari letusan ini juga luar biasa. Abu vulkanik di atmosfer menciptakan matahari terbenam yang spektakuler berwarna merah dan oranye di seluruh dunia selama berbulan-bulan. Pelukis terkenal seperti Edvard Munch konon terinspirasi oleh fenomena ini untuk lukisan “The Scream”.

Warisan dan Anak Krakatau

Pada tahun 1927, aktivitas vulkanik kembali terdeteksi di lokasi bekas letusan. Sebuah gunung baru muncul dari dasar laut yang kemudian dinamakan Anak Krakatau. Gunung muda ini terus tumbuh dan aktif hingga sekarang, menambah tinggi sekitar 5 meter setiap tahunnya.

Anak Krakatau kembali meletus pada Desember 2018, menyebabkan tsunami yang melanda pesisir Banten dan Lampung, menewaskan ratusan orang. Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa gunung krakatau masih merupakan ancaman vulkanik yang harus diwaspadai.

Kini, kawasan gunung krakatau menjadi objek penelitian vulkanologi yang penting. Para ilmuwan terus memantau aktivitasnya untuk memahami perilaku gunung berapi dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Letusan gunung krakatau 1883 tetap menjadi pelajaran berharga tentang kekuatan alam dan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana. Sebagai salah satu gunung berapi teraktif di Indonesia, gunung krakatau mengingatkan kita akan kekuatan luar biasa yang tersimpan di dalam bumi. Pemantauan berkelanjutan dan sistem peringatan dini yang baik sangat penting untuk melindungi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Selat Sunda dari potensi bahaya letusan di masa depan.

gunung krakatau

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *